Sendirian ke Pameran Keberagaman Alat Musik Tradisional Nusantara …
>> Rabu, 03 November 2010

Meski Cuma sendirian ke Pameran Alat musik Tradisional Nusantara yang dijelar di Museum Nasional Jakarta mulai tanggal 12 Oktober hingga 12 November 2010 nantinya, ternyata asyik juga.
Sendirian berkeliling di ruangan yang menyuguhkan berbagai jenis alat musik yang berasal dari hampir semua pulau di Nusantara, tak terasa menghabiskan waktu hampir dua jam, itu pun belum semuanya dipelajari dan diamati secara mendalam, karena keburu disadarkan suara yang mengatakan “Sebentar lagi tutup ya, jam 4 pameran ditutup”. Padahal waktu masih kira-kira 10 menit tersisa , api pintu masuk keruang pameran sudah ditutup setengah…hehehe…jadi berasa diusir secara halus jadinya…
Saat aku datang, ruang pameran tampak lengang dan dalam waktu hampir dua jam aku disitu pengunjung gak sampai duapuluh, mungkin karena aku datangnya di waktu kerja, maka banyak yang belum sempat kesana, atau mungkin karena kurang informasi dan promosi hingga tempat pameran terlihat sepi. Sayang sekali, padahal banyak pengetahuan didalamnya yang perlu juga diketahui dan dipelajari , supaya kita semakin bangga pada musik negeri sendiri.

Sebelum berputar menikmati berbagai alat musik tradisional yang digelar, aku menyempatkan diri untuk membaca informasi tentang sejarah Budaya musik Nusantara yang menceritakan bahwa pada awalnya musik yang pertama kali didengar berasal dari bunyi-bunyian yang dilakukan anggota tubuh dan ini dikatakan sebagai musik yang paling purba, dan alat-alat musik yang ada terbuat dari segala sesuatu yang ada di alam, misalnya saja Sangkha, alat musik ini terbuat dari cangkang kerang ( Moluska )
Pada zaman Zaman Batu Pertengahan ( mesolitik ), masyarakat mempercayai segala sesuatu yang ada di dunia mempunyai roh-roh dan oleh masyarakat zaman ini musik diyakini mempunyai kekuatan magis yang bisa digunakan untuk menghalau roh roh jahat dan mendatangkan hujan .
Pada pemeran ini kita bisa melihat beberapa alat musik peninggalan zaman prasejarah yang menjadi koleksi Museum Nasional Jakarta.
Nekara

Berbagai istilah dikenal untuk menyebut sebuah benda yang berukuran besar seperti dandang ini, tetapi semua memiliki kesamaan arti yaitu genderang. Di Jerman, Nekara disebut Pauke (bronze pauke), Heger menyebutnya metalltrommeln.
Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, nekara adalah gendang perunggu berbentuk seperti dandang, berpinggang pada bagian tengah dengan selaput suara berupa logam atau perunggu.
Nekara, oleh masyarakat pada zaman tersebut dianggap sebagai benda keramat, memiliki kekuatan magis yang hebat, sehingga tidak sembarang orang bisa menyentuh, dan ada ritual-ritual khusus sebelumnya. Disamping itu, Nekara juga pernah digunakan sebagai mas kawin dan mendapat tempat dan penghormatan tinggi karena dianggap sebagai tempat tinggal roh leluhur.
Meskipun dengan masuknya ajaran Kristen dan Islam kepercayaan terhadap kekuatan magis ini mulai luntur, tetapi masih ada yang sampai saat ini tetap percaya pada kekuatannya.
Dua Nekara yang dipamerkan pada pameran ini adalah dari dua type berbeda.
Nekara yang ditemukan di P Sangeang Nusa Tenggara Barat yang diperkirakan berasal dari masa pra sejarah dengan pertanggalan 2500 SM. Nekara yang berukuran besar ini merupakan Nekara Tipe Heger I, terbuat dari perunggu. Oleh masyarakat dimana nekara ini ditemukan, benda ini disebut dengan istilah Makalamau,waisarinci atau saritasangsi yang dianggap mempunyai kekuatan gaib, yang jika ditabuhkan akan mendatangkan hujan dan bahkan badai.
Moko

Jenis lain adalah yang berasal dari zaman perundagian, ditemukan di Alor Nusa Tenggara Timur, memiliki bentuk yang berbeda dengan nekara tipe Heger dan disebut Nekara Tipe Pejeng ,juga terbuat dari Perunggu.
D.W.C Baron van Lijnden, residen Timor pada tahun 1851, sudah menyebutkan tentang Moko dalam tulisannya: a kind of brass drum or cymbal, shaped like a spitton with a cover called Moko.
Nekara ini mempunya bentuk yang lebih langsung dibanding nekara tipe Heger dengan bagian tengah badan Nekara memiliki pinggang.
Selain alat musik peninggalan zaman prasejarah, di pameran ini juga dipertontonkan berbagai jenis alat musik yang dikelompokkan berdasarkan cara menghasilkan bunyi-bunyiannya, antara lain :
Aerofon (Aerophone)

Suara yang dihasilkan alat musik ini didapatkan dengan cara meniup, makanya kita sebutnya alat musik tiup.
Ada beberapa istilah yang kita kenal pada alat musik ini, yaitu Suling dan serunai.
Suling pun dikenal dengan beberapa nama yang berbeda tergantung dari daerah mana dia berasal, di Padang disebut dengan Saluang, di Lampung disebut dengan Seruling atau Sekhdam, Puput kayu yang terbuat dari bahan bambu, kayu dan gading digunakan di daerah Jambi, dan sarone dari sumbawa Nusa Tenggara Barat yang terbuat dari bambu dan daun lontar
Membranofon (Membranophone)

Ini adalah jenis alat musik yang cara menghasilkan bunyi-bunyiannya dengan cara ditabuh atau dipukul, suara beraal dari regangan yang terjadi pada membran atau selaput, yang umunya terbuat dari kulit kambing dan kulit sapi.
Kita mengenal gendang dan rebana yang merupakan alat musik yang termasuk dalam kelompok ini.

Rebana adalah alat musik yang diperkirakan merupakan pengaruh budaya yang muncul dengan masuknya agama Islam di nusantara, berbagai daerah menyebutnya dengan nama yang berbeda-beda pula. Aceh menyebutnya dengan istilah Rapai pase, Minang mengenalnya sebagai Rabano, di Jawa disebut dengan Terbang.
Kordofon
Kordofon adalah jenis alat musik yang sumber bunyi-bunyian berasal dari kord (tali, senar atau dawai) dan suaranya ditimbulkan dengan cara dipetik atau dengan digesek , kita sering menyebutnya sebagai alat musik petik atau alat musik gesek.
Budaya Islam memberikan pengaruh pada beberapa alat musik, termasuk alat musik dalam kelompok ini, misalnya gambus dan rebab.

Sampek sebutan Gambus untuk alat musik petik yang berasal dari Kalimantan Timur terbuat dari bahan kayu dan kulit sapi, di Aceh ada tengganing, di Sumatera Utara disebut hasapi, di Sulawesi Selatan dikenal dengan gambus, santung.
Idiofon
Adalah jenis alat musik yang menghasilkan bunyi-bunyian jika terjadi getaran pada badannya yang cara memainkannya adalah dengan cara diantukkan. Alat musik ini dianggap sebagai alat musik tertua (ada pada zaman prasejarah, yang dibuktikan dengan ditemukannya Nekara dan Moko).
Alat musik jenis ini pun semakin berkembang dan kita mengenalnya sebagai alat musik talempong, canang, dulang di wilayah Sumatera; Gong, kenong, saron, simbal, kamanak di Jawa dan di Bali ada Reyong, rincik, jublag dan ceng ceng dan di Nusa Tenggara Timur tetap disebut dengan Moko.
Masih banyak lagi jenis alat musik yang dipamerkan pada pameran ini, di tampilkan dengan berbagai kelompok yang begitu informatif, ada kelompok alat musik yang disatukan penyajiannya berdasarkan pengaruh Asing pada jenis alat musik tradisional Nusantara, ada jenis alat musik yang bersifat magis, misalnya Kintung dari Kalimantan Selatan.
Untuk mendapatkan yang lebih informasi yang lebih lengkap Kunjungi saja Pamerannya …
Sumber informasi : Pameran keberagaman Alat Musik Tradisionil Nusantara
Sejarah Nasional Indonesia
2 komentar:
Dengan dtang sendiri ke pameran kita bisa bebas kesana kemari,tapi mantap bgt bos infonya sangat lengkap dan aku bisa selesaikan tugasku..
Banyak cara & salah satunya agar kita dpt berinteraksi dgn musik...
Selamat brkunjung, hhaha..
Posting Komentar